Future (Bagian 1)
Hai, maaf karena baru bisa buka
blog lagi. Banyak sekali kendala di bulan-bulan sebelumnya. Komik “Romansa SMK”
pun terpaksa akan saya hapus. Saya akan mencoba kembali menulis. Salam Blogger.
-0-
Masih ingat
cerita “Kembali ke Masa Lalu” ? Di mana Raka Adriansyah diperintah oleh Kevin
Adriansyah untuk menghancurkan alat itu. Kisah saat alat itu hancur bisa dilihat
di “Portal:
Sang Penjelajah Waktu”, sampai pada akhir cerita Raka ingin menciptakan
ulang alat itu dengan bantuan Arifin Ilham, atau lebih tepatnya anak dari Arifin Ilham yaitu Andrew
Ilham. Yah.. dan ini lanjutan ceritanya.
FUTURE
Melampaui Batas
Genre: Fiksi, Fantasi, Drama
Jingga mewarnai langit ini,
terlihat dari atap lab yang transparan. Lama sekali dia menjelaskan tentang gas
itu. Aku pun meminta ijin kepadanya untuk pulang.
“Prof, boleh kami pulang?”
“Iya, silahkan. Lagian udah hamper malam.
Panggil aja pak Andrew.”
“Makasih pak.”
Aku dan Rani keluar dari rumah itu.
Kami berdua berjalan pulang dengan menaiki sepeda. Saat sampai di depan rumah
Rani, ibunya sudah berada di depan rumahnya.
“Rani, sore banget pulangnya.” Ucap
ibunya
“Tadi abis nemenin Raka.”
“Oh.. ya udah masuk.”
“Tante, saya pulang dulu ya.”
“Tunggu sebentar..”
“Iya, ada apa?”
“Saya gak suka kalau kamu ngajak
anak saya tanpa tahu waktu. Sebaiknya kamu jangan pernah ajak-ajak Rani lagi.”
Ucap ibu Rani dengan nada marah
“Maaf, saya…”
“Udahlah, sekarang kamu pulang
sana.” Potongnya
Aku langsung pergi meninggalkannya.
Aku pulang ke rumahku, aku berbaring di Kasur dan mengambil hp di sakuku. Saat aku
membuka video, aku melihat rekaman video sebelumnya. Rekaman itu menunjukan
kalau temanku menaruh sebuah barang ke dalam tasku. Perlahan kepalaku mulai
merasakan sakit. Mataku berlinang air mata karena menahan sakitnya. Ternyata
tidak ada yang mendengar teriakanku di rumah ini.
Sebuah portal terbuka tepat di
hadapanku. Rasa sakit di kepalaku perlahan menghilang, perlahan dari portal itu
muncul Johan Adriansyah. Dia terlihat memejamkan matanya sambil berlutut.
Terasa aneh jika dia tiba-tiba keluar dan masuk ke masa ini.
“Johan, kenapa kamu ke sini lagi?”
“Masa depan, berubah.”
“Apa? Berubah? Aku kan udah ikuti
perintahmu, perintahku di masa depan?”
“Iya, ternyata itu yang ngubah masa
depan.”
“Terus? Gimana caramu bisa balik ke
sini?”
“Aku pakai alatmu. Kau buat alat
itu lagi 3 hari dari hari ini.”
“Ya, renananya sih gitu.”
“Ikut aku ke masaku, sebentar aja.”
“Gak, aku juga gak tahu akhirnya
kalau aku ke masa depan.”
“Sebentar aja.”
“Oke, sebentar ya.”
Aku pun ikut dengannya ke masa
depan. Dia memegang tanganku, sebuah portal terbuka dan kami masuk ke dalam
portal itu. Saat cahaya putih itu menghilang, aku merasa kalau tidak ada
perubahan sama sekali. Aku masih berada di kamarku dan kamar ini masih sama
persis, tidak ada perubahan. Seseorang membuka kamarku, aku kaget saat melihat
kalau itu adalah diriku dari masa depan. Dia terdiam di depan pintu, Johan berjalan
mendekatinya.
“Ayah, aku bisa jelaskan.”
“Johan.. kau melanggar perjanjian
antar waktu.”
“Tapi, aku cuma mau kasih tahu
kalau masa depan memang berubah.”
“Sekarang, aku harus bunuh kamu
sebelum aku mati terhapus waktu.” Ucap diriku yang lain sambil mengambil pisau
di atas meja.
“Tunggu! Kalau kau mau bunuh dia,
kau harus bunuh aku dulu” teriakku
“Bodoh, kalau kau mati.. aku pun
akan mati. Juga masa depan ini akan berubah total.”
Aku terdiam, dia mengajaku ke
bawah. Johan tidak ikut dengan kami, dia masih berada di kamar itu. Saat aku
turun, aku baru sadar kalau rumah ini berubah total kecuali kamar tadi. Semua
arsitekturnya berubah. Kami pun duduk di ruang tamu.
“Kau, kau tahu. Jika kau ke sini,
maka aku akan terhapus.”
“Aku gak tahu lah. Lagian aku cuma
pengen tahu apa yang berubah. Apa istriku berubah?”
“Kenapa kau tanya itu? Itu gak
penting, kalau istrimu berubah pasti nama anakmu berubah.”
“Apa? Kok bisa.”
“Sekarang ngaku salah, aku salah
ambil keputusan. Masa depan berubah waktu kamu ledakin kotak itu, tapi
bagusnya.. gak ada yang tahu lagi masalah kejadian aneh waktu itu.”
“Yah, udahlah. Aku ngerasa aneh
kalau ngelihat diriku sendiri minta maaf. Oh iya, apa itu perjanjian antar
waktu?”
“Itu, aku yang buat. Jadi seorang
dari masa lalu gak boleh ke masa depan dan seorang dari masa depan harus
menggunakan penghenti waktu untuk kembali ke masa lalu, kalau tidak maka masa
depan akan berubah.”
“Wow, itu aneh. Kalau aku kembali
ke masa lalu tanpa penghenti waktu apakah aku akan hilang?”
“Yah.. dan masa depan juga bisa
berubah. Kamu punya waktu 3 hari di sini. Kalau lebih aku akan hilang dan masa
ini akan berubah total.”
“Terus apa aja yang berubah?”
“Udah, gak usah omongin itu. Aku
mau kasih kamu sesuatu.”
Orang itu berjalan ke depan sebuah
lemari besi, itu seperti sebuah panel besar. Dia mengambil Kristal yang
sebelumnya pernah aku lihat. Dia pun kembali duduk.
“Ini, simpan ini. Kau tahu? Andrew
Ilham gak bisa buat gas itu kembali. Aku yang bisa, maksudku kita.. kita yang
bisa.”
“Terus kenapa aku dikasih benda
ini? Bukannya kalau aku bawa ke masaku benda ini ilang ya?”
“Oh.. ya tentu. Itu kalau masa
depannya berubah. Kalau kau mau tahu masa depan berubah apa gak, kamu simpan
ini. Lupakan soal gas itu, kamu bisa buat sesuatu yang lebih hebat dari alat
masa lalu itu.”
“Coba kasih tahu aku sesuatu. Aku
harus gimana?”
“Aku mau kamu ubah masa lalu, waktu
kita belajar di rumah Arifin Ilham. Intinya, gak usah ke sana. Kristal ini, gak
ada isinya. Tapi ini tempat penyimpanan terkuat.”
“Terus? Apa hubungannya sama aku?”
“Kamu mau tahu istrimu kan? Orang
ini adalah orang yang menciptakan Kristal itu. Kau akan tahu dia, setelah kau
masuk kuliah.”
“Dia satu jurusan sama aku?”
“Gak, gak tahu.. itu rahasia. Kalau
aku bongkar, kemungkinan kamu langsung cari orang itu. Lebih baik kamu berusaha
buat cari dia.”
“Oke, sekarang boleh aku kembali?”
“Kamu boleh kembali, minta Johan
buat balikkin kamu. Kau tahu? Alat itu udah disempurnakan Johan, jadi bukan
kita yang membuat ulang alat itu.. tapi Johan.”
“Oke, terima kasih.”
Aku pun berjalan ke atas. Saat aku
hendak masuk ke dalam kamar Johan, aku melihat sekilas seorang perempuan. Aku pun
langsung masuk ke dalam kamar Johan.
“Oke.. kau siap pulang kan?”
“Johan, beneran aku gak boleh tahu
nama pasanganku sendiri?”
“Yah.. berusahalah. Kamu tahu gak?
Semakin banyak aku bicara sama kamu, semakin banyak juga dirimu dari masa depan
tahu apa yang kita lakukan sekarang.”
“Iya tahu lah. Oh ya, coba buat
janji sama orang itu. Seperti apapun masalahnya, kalian gak jangan sampai
meninggalkan satu sama lain.”
“Kamu mau ubah masa depan?”
“Ya, aku benci kalau kau sama
pasanganmu bertengkar.”
“Gitu ya, oke. Aku akan berusaha.”
“Siap?”
Johan menekan gelangnya dan
terpancar sinar dari gelang itu ke tubuhku, perlahan tubuhku menghilang dari
sana. Aku merasakan hal aneh, semua pandanganku menjadi kabur. Saat pandanganku
kembali normal, aku kembali berada di kamar ini namun sudah tidak ada
siapa-siapa di sini. Aku mendengar suara pijakan kaki menaiki tangga, ternyata
itu ibuku. Aku melihat ibuku terlihat sangat senang.
“Raka, kamu
diterima!”
Bersambung di “Future: Suka”
Komentar
Posting Komentar
Tulis komentar kamu tentang posting ini !